Sejarah Qurban

Para Nabi dan Rasul yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi pembawa Risalah-Nya selalu membawa bukti nyata kebenaran ajaran-Nya serta kekuasaan-Nya . Semua Rasul dalam menjalankan tugasnya diberi amanah dan cobaan hidup yang lebih berat daripada manusia pada umumnya, bahkan ada Rasul yang digelar Ulul Azmi karena diberi cobaan lebih berat daripada Rasul-Rasul yang lain. Mereka diantaranya adalah Nabiullah Ibrahin AS.


Ketika usia Nabi Ibrahim AS beranjak tua, timbul kekhatiran akan estafeta perjuangannya, maka dia bermohon kepada Allah agar diberi anak sholeh yang melanjutkan tugas perjuangannya.

Ketika do’nya dikabulkan, melalui isterinya Siti Hajar lahirlah anak yang didambakan yakni Ismail. Disaat putranya masih bayi datang perintah untuk mengasingkannya bersama isteri tercinta di lembah yang tandus tak ada tanda-tanda kehidupan disana. Meskipun ada ganjalan dihati sebagai seorang bapak atas rasa tanggungjawabnya terhadap keluarga, namun dia berhasil menepiskan demi mematuhi perintah Tuhannya.
Dengan ketatan Ibrahim AS dan kepasrahan total Sang Isteri maka Allah menunjukkan kekuasaan-Nya melalui sentakan kaki sang bayi Ismail, terpancarlah sumber air ajaib yang kemudian diberi nama air zam-zam dan hingga hari ini tetap dikonsumsi oleh jutaan manusia setiap saat.

Ujian demi ujian terus mendera nabiullah Ibrahim AS, diantara yang terberat disaat beliau diminta oleh Allah untuk menyembelih putra kesangan dan dambaan hati, yang diharapkan untuk melanjutkan perjuangannya. Meskipun ada gejolak manusiawi yang ditiupkan oleh nafsu dan syaitan namun tak dapat mengalahkan kecintaan dan ketaatannya kepada Allah, sehingga diapun rela untuk menunaikan perintah tersebut, sebagaimana juga kepasrahan putranya menerima keputusan ayahnya dengan pernyataan sederhana tapi meyakinkan “silahkan laksanakan, engakau wahai ayah akan dapati aku dalam keadaan sabar”. Inilah kemudian menjadi asal-muasal kewajiban memotong hewan kurban di setiap Idul Adha bagi ummat Islam yang mampu.

Ketika kita memahami sejarah dan azbabul nuzulnya perintah berkurban, maka kita dapati bahwa betapa dahsyatnya perhatian Allah terhadap orang-orang yang melakukan kebajikan atas dasar ketaatan dan kecintaan kepada-Nya. Sebab disaat Nabi Ibrahim telah menyempurnakan ketaatannya kepada Allah, dia mendapat posisi yang khusus disisi Allah SWT, bahkan seluruh Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah setelahnya adalah berasal dari keturunannya.

Dalam syariat berkurban bukanlah darah dan dagingnya yang diharapkan oleh Allah, akan tetapi yang dinilai adalah ketaatan dan niat sucinya untuk berbagi kepada sesama. Dalam hal berbagi, peduli kepada sesama tidaklah dibatasi oleh territorial dan suku bangsa karena prinsipnya bebagi ditujukan kepada siapa saja dan di mana saja sepanjang orang lain membutuhkan uluran tangan.

Maka konsep penyebaran hewan kurban BMH tahun ini mengangkat tema “BAHAGIAKAN DENGAN KURBAN” di sana mengandung makna skala prioritas bagi saudara kita yang lebih membutuhkan. Daerah minus dan kekeringan di pelosok Jawa Timur, masyarakat miskin yang terisolir di Bumi Nusantara. Palestina yang terjajah, dan Somalia yang ditimpa kelaparan yang terdahsyat dalam decade ini.


Saatnya kurban kita kali ini mampu memberi keceriaan dan kebahagiaan kepada mereka yang didera derita, yang mengharapkan belas kasih, dan yang kurang beruntung, dengan harapan tulus dari hati kita semoga Allah meringankan beban-beban mereka dan menambahkan kesabaran dalam mejalani ujian dari-Nya. Amiin


Partisipasi qurban tahun ini di Kota Malang akan di salurkan di 50 lebih desa binaan BMH Malang
Hubungi Staf administrasi 
telp. 0341 4440547 - 0812 1682 6657 - 0899 0386 292
telp./fax. 0341 462738
0341 77 1 7000

Previous article
Next article

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel